Rabu, 31 Juli 2013

Mengubah sebuah mimpi

Banyak orang yang harus mengubah mimpi mimpi mereka saat fase kehidupan selanjutnya. Iya, fase dimana mereka harus menuntut pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dan saya tidak pernah menyangka, bahwa saya akan mengalami hal seperti diatas. Mengubah mimpi dan cita cita. Dulu saat saya SMP, saya ingiin sekali menjadi seorang diplomat. Berlanjut ke SMA, saya tetap memegang teguh cita cita tersebut (walaupun banyak opsi lain yang saya pikirkan. ex: akun, statistik, sastra) Namun berlanjut saya penjurusan, Ayah menginginkan saya untuk masuk IPA. "Biar lebih banyak punya kesempatan" Akhirnya yasudahlah sayapun menurut untuk mengambil IPA. Kemudian setelah 2 tahun saya jalani, memang betuul IPA lebih banyak punya kesempatan. Lebih banyak kesempatan untuk berjuang. Kesempatan berjuang di sekolah sekolah kedinasan. Saya pun tidak pernah menyesali bahwa saya masuk IPA. Ujian Nasional sudah selesai, saat itu sayaa mengalami diskusi yang cukup panjang dengan orang tua. Mengingat, kegagalan saya di Undangan saya pun harus jeli melihat peluang dan kemampuan saya. Akhirnya, saya memilih 2 prodi impian saya dan 1 prodi saran orang tua.

Saya begitu sadar bahwa belajar IPA+IPS dalam satu bulan benar benar bukan hal yang mudah. Namun saya berpedoman "Yang penting usaha dulu, masalah hasil diserahkan ke yang Atas." Pengumuman keluar, ternyata diterima di Teknik. Teknik Informatika. Saya kecewa. Tapi saya bersyukur. Saya masih punya kesempatan untuk berjuang untuk HI, walaupun hasilnya gagal. Saya tidak pernah menyesal dengan apa yang telah saya lakukan. Saya kemudian sadar, mungkin ini jalan Tuhan yang telah Dia rancang untuk saya. Meraih mimpi dengan jalan lain.

Pikiran saya melayang pada suatu malam, saat Ayah menanyakan "Mau lanjut kemana?" " Pengin ambil Hubungan Internasional." "Ooh. Gamau di Teknik?." " Ga. pkoknya gamau kuliah di teknik." Dan kulihat dari Mata Ayah setitik rasa kecewa dan hembusan napas. Dan saat ini saya tahu, bahwa Ridho Allah adalah Ridho Orang Tua juga. Dan saya berpikir, Inilah jawaban Tuhan untuk saya. Inilah jalan yang diberi oleh Tuhan. Saya bersyukur Tuhan mendengar doa doa saya, masih memberikan saya kesempatan untuk bangkit dan terus berjuang.

Selamat kepada teman teman yang sudah mendapat jurusan impian, semoga sukses. Selamat kepada teman teman yang belum mendapat jurusan impian, semoga ada secercah harapan yang menanti diujung sana.
Tetap semangat yang belum mendapat sekolah, Rencana rencana
Tuhan tidak pernah datang di waktu yang salah..

3 komentar:

  1. sama :"
    aku kalo inget kejadian seperti ini, aku inget Negeri 5 Menara han :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku baru baca Negeri 5 menara lho tis. Dan waktu awal awal tuh kaya ngerasa "akuu bangeet, huee" Semoga nasibku kaya Alif di PM ^^
      Hihi Amiin. Kamu juga ya tis, semoga sukses!!

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus