Sabtu, 17 Desember 2011
Review c'est La Vie
Thank Youuuuu Gramediaaa !! pesenannya datang tepat waktu haha :D
Oke, we start the review.
C’est La Vie adalah novel kedua karangan Fanny Hartanti. Novel perdananya berjudul Four seasons in Belgium dan yang ketiga berjudul The wedding games.
Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup 3 sahabat yang suaminya / kekasihnya merupakan bule a.k.a orang Belanda dan akhirnya pun mereka tinggal di Belanda.
Amara : wanita cantik banget, tangguh, dan pinter yang selalu bikin iri temen cewenya. Punya suami bule ganteng namanya Wim. Konflik dsni yang dihadapi Amara adalah tentang mimpi dan cita-citanya. Dan sikapnya dia yang kadang suka mengeluh dan putus asa.
Ayu : wanita sederhana dari Jogja yang tadinya dia adalah orang miskin, namun bertemu bule ganteng bernama Tom dan jadi akhirnya menikah dikaruniai seorang anak bernama Ben. Konflik dsni yang dihadapinya adalah tentang bangkitnya seseorang setelah kehilangan orang yang begitu dicintainya. Saya sempe nangis pada salah satu adegaannya huhu
Karina : wanita karier cerdas,sering ngomongnya blak blakan yang sering iri sama Amara karena terobsesi punya wajah dan body selangsing dan secantik Amara. Konflik yang dimunculkan disini adalah dilema seorang wanita saat sudah berumur kepala tiga, namun belum juga dilamar oleh kekasihnya, Kurt yang juga pria Belanda.
Fanny Hartanti menceritakan tentang kehidupan mereka dengan menggunakan sudut pandang ketiga wanita tersebut. Jadi pembaca harus bisa menyesuaikan karakter mereka dengan cepat.Novel ini cukup bagus dan saya enjoy sekali membacanya. Banyak cerita / kisah bijak yang bisa diambil dri novel ini, contohnya cerita dr temennya Amara yang bernama Euginie,yang merupakan korban pemerkosaan dan korban perang, Bagaimana dia bangkit dan bagaimana dia masih bisa mensyukuri dengan apa yang masih dberikan oleh Tuhan. Menurut saya itu adalah pelajaran bijak yang sangat berharga.
Dari novel ini, kita juga bisa belajar bagaimana sebuah kehidupan di negeri orang. Menghargai seseorang yang kita sayangi yang kadangkala sering kita sepelekan. Belajar menilai seseorang tidak berdasarkan sebuah pekerjaan, dan tampang namun dari otak dan bagaimana dia bisa menghargai sebuah kehidupan.
Selamat Membaca Kawan ,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar